Bahasa Indonesia Keilmuan
Lutfi Naufali
Psikologi A 2011
Opini tentang Bahasa Indonesia
Seperti yang
kita semua ketahui, bahasa adalah media yang mutlak kita butuhkan untuk
berkomunikasi. Dari mulai kita masih
bayi, tanpa kita sadari kita sudah bisa satu bahasa, yaitu bahasa ibu, lalu
berlanjut ketika kita remaja dan mulai beraktivitas di luar lingkungan rumah,
dan mulai mengenal lawan jenis, secara insting kita memahami satu bahasa lagi,
tepatnya adalah bahasa tubuh. Semakin tinggi jenjang pendidikan kita, kita
kemudian tahu ternyata ada sebuah bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang
penyandang tunarungu ataupun tuna wicara, yaitu bahasa isyarat. Seiring
berkembangnya kognisi dari setiap individu, berbagai macam bahasa pun tidak
terelakkan untuk masuk di otak kita, yang pada akhirnya menjadi semacam
“terinstall” secara otomatis. Sedangkan “Bahasa Indonesia” sendiri, adalah bahasa
nasional yang digunakan oleh masyarakat di bangsa kita tercinta, yaitu Bangsa
Indonesia.
Menurut saya
pribadi Bahasa Indonesia sendiri sedang mengalami kemrosotan. Baik dari segi
kepopuleran ataupun dari segi banyaknya variasi
dari bahasa Indonesia itu sendiri.
Yang pertama,
kepopuleran. Maksud saya dengan kemrosotan kepopuleran dari bahasa Indonesia
sendiri dikarenakan bahasa asing yang banyak sekali “masuk” ke media di seluruh
penjuru Indonesia. Pengaruh yang paling mendominasi datang dari bahasa inggris.
Kenapa bahasa inggris? Karena hampir semua media memakai bahasa inggris untuk
mendongkrak kepopuleran mereka. Banyak contohnya, media cetak? media audio
visual seperti televisi? musik? semua lebih banyak menggunakan bahasa asing!
Kita sebagai masyarakat Indonesia merasa tidak keren atau tidak modern jika
menggunakan bahasa kita sendiri. Selain itu juga, jika kita menggunakan bahasa
inggris ketika ber-jejaring sosial (misal twitter), kita akan terlihat lebih
intelek dihadapan para followers kita. Dan akhirnya? Popularitas kita
meningkat.
Menurut saya
pribadi, pemecahan masalah ini sebetulnya sederhana, yaitu para panutan masyarakat
itu harus lebih sering menggunakan bahasa Indonesia. Saya mengambil sudut
pandang dari dunia maya (twitter), misal artis X yang sedang naik daun sering
berkicau dengan menggunakan bahasa inggris. lalu, apa yang terjadi? Semua
pengagumnya pada akhirnya akan termotivasi untuk meniru artis tersebut. Menurut
teori modeling, hal ini sangatlah lumrah terjadi…
Kedua, variasi
bahasa Indonesia itu sendiri. Semakin meluasnya jangkauan perkembangan
teknologi di Indonesia, masyarakat-masyarakat yang (menurut saya) tidak / belum
siap menerima perkembangan ini, mau tidak mau berusaha mengikuti dengan susah
payah. Hasilnya? Terciptalah bahasa yang kita sekarang kenal dengan nama BAHASA
ALAY. Bahasa yang menggunakan metode mimikri atau menirukan bentuk huruf yang
serupa dengan angka dan menggantikannya secara konstan. Sungguh hina sekali.
contoh: AKU
SEDANG MEMAKAN JERUK. menjadi: 4kU 53dh4aN6 m3M4kaN j3rUugh.
Ini apa? Ini
tulisan apa plat nomer kendaraan? Ini murni sebuah tindakan penghancuran citra
bahasa Indonesia. Bagainmana tidak? Kalimat-kalimat seperti tadi itu, sering
sekali menjadi Trending Topic World Wide, alias topik terpopuler dunia urutan
atas di twitter. Siapa lagi kalau bukan karena ulah Radityadika, sang penulis
terkenal dengan jutaan follower itu. Iya mungkin Cuma dipakai untuk sekedar
humor atau lelucon, tapi ini parah sekali. Seluruh dunia spontan tahu akan
keanehan TTWW yang berasal dari Indonesia tersebut. Bahkan saya sempat membaca
salah satu kicauan dari akun berkebangsaan lain seperti: “CAN ANYONE TELL ME
WHAT LANGUAGE IS THAT?”. Betapa parahnya itu!!!
Menurut saya,
ini adalah suatu tindakan masal yang tanpa disadari oleh pelaku untuk
menghancurkan keindahan bahasa kita, yaitu bahasa Indonesia. Benar-benar hancur
lebur citra bahasa Indonesia ini di mata semua orang.
Solusinya?
Mulailah dari diri kita sendiri… perlahan-lahan mencintai bahasa Indonesia dari
lubuk hati yang paling dalam… pelajari lebih lanjut lagi bahasa kita ini,
pahami keindahan di setiap katanya… senantiasa dari dalam diri kita akan muncul
rasa memiliki, dan akhirnya cinta mati dengan bahasa persatuan kita, bahasa
Indonesia. sekian, terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar